Rabu, 21 Juni 2023, Dosen Kesehatan Masyarakat FIKes UNSOED dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Epidemiologi dalam Sidang Terbuka Senat Pengukuhan Profesor yang bertempat di Di Auditorium Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman Unsoed. Beliau adalah Prof. Dr. Dwi Sarwani Sri Rejeki S.K.M., M.Kes (Epid) yang dikukuhkan sebagai sebagai Profesor / Guru Besar dalam bidang Ilmu Epidemiologi. Dengan orasi ilmiah berjudul “Pemanfaatan Spasial Epidemiologi Pada Penyakit Menular Terutama Malaria”. Pengukuhan ini menjadi spesial karena Prof Dwi merupakan Guru Besar Pertama di Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKes UNSOED. Upacara pengukuhan guru besar ini juga disiarkan secara langsung melalui Youtube Universitas Jenderal Soedirman.
Pada upacara pengukuhan ini, Prof. Dr. Dwi Sarwani Sri Rejeki S.K.M., M.Kes (Epid) menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Pemanfaatan Spasial Epidemiologi Pada Penyakit Menular Terutama Malaria”. “Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Secara global, diperkirakan 3,4 milyar penduduk di dunia berisiko malaria. Malaria di Indonesia ditemukan sepanjang tahun. Dari 495 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, 396 kabupaten merupakan wilayah endemis malaria. Determinan lingkungan dan perilaku mempunyai peran besar pada penyakit malaria. Determinan lingkungan yang berpengaruh terhadap malaria meliputi suhu, curah hujan, kelembaban, ketinggian, komposisi vegetasi indeks, kondisi rumah (seperti dinding, atap, lantai, ventilasi, keberadaan ternak, kepadatan kamar, dekat tempat perkembangbiakan/sungai dan lain-lain). Adapun determinan perilaku yang mempengaruhi malaria meliputi pemakaian alat/bahan sebagai perlindungan individu, penggunaan kelambu, dan tindakan penyemprotan”, tutur Prof Dwi melalui orasi ilmiahnya. Prof Dwi juga menegaskan bahwa tiap negara maupun kota mempunyai variasi faktor risiko/determinan malaria yang berbeda, tergantung pada faktor lingkungan, ekologi dan sosioekonomi setempat. Oleh sebab itu, hasil analisis secara menyeluruh tentang pola transmisi malaria dan faktor risiko perilaku, lingkungan, sosial ekonomi setiap wilayah perlu dipahami dalam rangka pengembangan program pengendalian malaria. Keilmuan epidemiologi digunakan untuk mengetahui distribusi, penyebaran dan determinan penyakit malaria. Spasial adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi letak dan posisi suatu obyek atau kejadian yang berada di bawah, pada atau di atas permukaan bumi. Oleh sebab itu, epidemiologi spasial adalah deskripsi dan analisis variasi geografis penyakit yang berkaitan dengan faktor risiko demografis, lingkungan, perilaku, sosial ekonomi, genetik dan penyakit menular.
Dalam orasinya, beliau juga menyampaikan bahwa hasil informasi spasial digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan pengendalian penyakit menular. Analisis spasial dalam epidemiologi sangat bermanfaat, terutama untuk mengevaluasi terjadinya perbedaan kejadian menurut area geografi dan mengidentifikasi clustering penyakit. Analisis spasial juga dapat memprediksikan dan mengidentifikasi wilayah- wilayah yang berisiko tinggi malaria. Analisis spasial membantu para epidemiolog untuk mendeskripsikan pola spasial penyakit, mengidentifikasi cluster penyakit dan menjelaskan atau memprediksi risiko dari penyakit. Penggunaan analisis spasial dalam pengendalian malaria yaitu dalam penentuan target intervensi berdasarkan trend lokal transmisi.
Selamat atas pencapaian Guru Besar nya, semoga bermanfaat dan terus berkontribusi untuk institusi dan negeri tercinta.